Wednesday 3 October 2007

Mengapa feature?


oleh : Farid Gaban


Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga:

Straight/spot News — berisi materi penting yang harus segera
dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news)
News Feature — memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya
dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat
terjadi atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif)
melalui interpretasi.
Feature — bertujuan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang
menarik tapi tidak selalu penting.

Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak
melainkan juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news
seringkali tak terlalu memuaskan. Spot news cenderung hanya berumur
sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi.
Spot news juga cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam
berita, namun melupakan background.

Kita memerlukan berita yang lebih dari itu untuk bisa bersaing. Kita
memerlukan news feature — perkawinan antara spot news dan feature.

Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebih dulu memahami apa
unsur-unsur dan`aspek mendasar dari feature.

Apakah feature?
Inilah batasan klasik mengenai feature: ”Cerita feature adalah
artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca
tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.”

Kreatifitas
Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan
reporter ”menciptakan” sebuah cerita.

Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat — karangan
fiktif dan khayalan tidak boleh — reporter bisa mencari feature dalam
pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya
itu, ia menulis.

Subyektivitas
Beberapa feature ditulis dalam bentuk ”aku”, sehingga memungkinkan
reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak
reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik
ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca.

Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu.
Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk
menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ”aku”.
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: ”Kalau Anda bukan
tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.”

Informatif
Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin
diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang
sebuah Museum atau Kebun Binatang yang terancam tutup.

Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam
bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi
bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat
yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk
menciptakan perubahan konstruktif.

Menghibur
Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi
suratkabar untuk bersaing dengan media elektronika.

Reporter suratkabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa
”mengalahkan” wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke
masyarakat. Wartawan radio dan TV bias mengudarakan cerita besar hanya
dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Sementara itu wartawan koran
sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa
tahu sesuatu kejadian — setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio
dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang
lebih mendalam (in depth) mengenai cerita yang didengar pembacanya
dari radio.

Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari
feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature
biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh
radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti
pembunuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu menghiasi
kolom-kolom berita, feature bias membuat pembaca tertawa tertahan.

Seorang reporter bisa menulis ”cerita berwarna-warni” untuk
menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap
kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan
kepadanya hal-hal yang baru dan segar.

Awet
Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk
bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu
24 jam. Berita mudah sekali ”punah”, tapi feature bisa disimpan
berhari, berminggu, atau berulan bulan. Koran-koran kecil sering
membuat simpanan ”naskah berlebih” – kebanyakan feature. Feature ini
diset dan disimpan di ruang tata muka, karena editor tahu bahwa nilai
cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.

Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan
lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup
untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai
mempunyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang
kepala polisi mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara dengan
kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu
sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap
keadaan tertentu perwira itu.

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan
penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting –
fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan
empati, disampil tetap tidak meninggalkan unsure informatifnya).
Karena penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human
interest atau kisah yang berwarna (colourful).

Teknik penulisan feature
Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan
fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik
”mengisahkan sebuah cerita”. Memang itulah kunci perbedaan antara
berita ”keras” (spot news) dan feature. Penulis feature pada
hakikatnya adalah seorang yang berkisah.

Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi
pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan
membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan
jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat
efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi
kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos
aturan itu.

”Piramida terbalik” (susunan tulisan yang meletakkan
informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak
begitu penting di bagian bawah – hingga mudah untuk dibuang bila
tulisan itu perlu diperpendek) sering ditinggalkan. Terutama bila
urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.

Jenis-jenis Feature
Feature kepribadian (Profil)
Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang
yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai
karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena
kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini
harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting
dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter
manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang
pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika
bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat
dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai
kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas
karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan
kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang
tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka bernai
mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdor
tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar
identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk
memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

Feature sejarah
Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting,
seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan
jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature
peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.

Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa
mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah
gunung api terjadi, Koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.

Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung)
terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan
dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan
kemakmuran.

Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya.
Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang
peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan
mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa
bersejarah.

Feature petualangan
Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan
mencengangkan — mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah
kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia
pengalaman ikut dalam peperangan.

Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah
bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup
untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature
jenis ini memulai tulisannya dengan aksi — momen yang paling menarik
dan paling dramatis.

Feature musiman
Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan
liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti
itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus
menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa
dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas
di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di
seputar hara raya itu.

Feature Interpretatif
Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan
lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature
interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau
gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi
terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik
dan tujuan terotisme.

Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah
perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang
latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan.
Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk
peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.

Feature kiat (how-to-do-it feature)
Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu
hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun,
mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini
seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit
dalam penulisannya.

Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau
mendikte pembaca — memberikan opini mereka sendiri — bukannya
mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.

Rujukan:
FEATURE WRITING FOR NEWSPAPER, Daniel R. Williamson 1980
REPORTING FOR THE PRINT MEDIA, Fred Fedler, 1989

No comments:

Google